Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

Kisah Kota Yogyakarta Diserang Belanda

DIY -  Belanda melancarkan agresi militer-nya yang ke-2 pada 19 Desember 1948. Aksi yang membuat para diplomat Amerika Serikat marah. Letnan Kolonel Eddie Soekardi masih ingat kejadian pagi itu. Kedatangan pagi di Yogyakarta dikejutkan oleh datangnya pesawat-pesawat pembom Belanda jenis P. 51 dan Spitfires. Mereka menghujani ibu kota Republik Indonesia (RI) tersebut dengan ratusan bom dan menyirami setiap benda bergerak di bawahnya dengan rentetan senapan otomatis kaliber 12,7. "Saya yang tadinya akan pergi ke lapangan terbang Maguwo, memutuskan untuk pergi ke Istana saja menemui Presiden Sukarno ," kenang perwira dari Divisi Siliwangi itu. Eddie Soekardi adalah salah satu perwira yang akan ikut rombongan Presiden Sukarno bertolak menuju India pada 19 Desember 1948 itu. Rencananya dia akan tinggal di India untuk belajar ilmu militer sekaligus membantu atase pertahanan RI di Brand-new Delhi, ibu kota India. Bom-bom pesawat militer Belanda menyasar berbagai gedung yang berfungs

Kisah Jejak Belanda di SD Negeri Pancoran Mas 02 Kota Depok

Depok -  Warga Kota Depok, khususnya yang tinggal di Jalan Pemuda, Kecamatan Pancoran Mas, pasti tak asing dengan kisah sekolah tua di sana? Ya, bangunan SD Negeri Pancoran Mas Dua merupakan sisa peninggalan Belanda yang bernilai sejarah hingga sekarang. Sekolah ini amat berpengaruh di masa lampau, karena merupakan institusi pendidikan pemerintah yang pertama ada. Ciri khas ornamen masa kolonialisme juga begitu kental, terutama pada jendela-jendela krapyak berukuran besar yang masih dibiarkan sejak pertama kali berdiri tahun 1886. Seperti apa sejarahnya? Berikut informasi tentang sejarah SD Negeri Pancoran Mas Dua, Kota Depok, Jawa Barat, yang dilansir dari laman cagarbudaya.kemdikbud.go.id. Sekolah Anak Eropa Saat pertama difungsikan 131 tahun lalu, instansi ini sempat memakai Europeesche School . Kemudian karena beberapa orang pribumi yang direkomendasikan juga belajar di sana, akhirnya nama Depoksche Institution juga dikenal. Dulunya, tenaga pendidik di sekolah ini sebagian besar di

Kisah Kawilarang dan Solidaritas Alumi Akademi Militer Kerjaan Belanda

Jakarta -  Pasca proklamasi kemerdekaan, alumni KMA (Akademi Militer Kerajaan Belanda) terbelah. Ada yang tetap menjadi bagian KNIL (Tentara Kerajaan Hindia Belanda) dan ada juga yang bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (kemudian menjadi TNI). Di antaranya adalah Oerip Soemohardjo, Didi Kartasasmita, A.H. Nasution dan A.E. Kawilarang. Soal itu menjadi masalah besar bagi sebagian alumni dan eks instruktur KMA. Mereka menganggap ' para pembelot ' tersebut telah mengingkari sumpah setia mereka kepada Ratu Belanda. Begitu berangnya, hingga Panglima KNIL Letnan Jenderal S.H. Spoor menyebut mereka sebagai 'bajingan'. Demikian menurut J.A. de Moor dalam Jenderal Spoor, Kejayaan dan Tragedi Panglima Tentara Belanda Terakhir di Indonesia. Namun para eks kadet KMA yang membelot ke TKR memiliki hujah sendiri terkait soal tersebut. Seperti dikatakan Didi Kartasasmita dalam otobiografinya, Pengabdian bagi Kemerdekaan (disusun oleh Tatang Sumarsono), mereka meyakini bahwa sejak